
Bagikan melalui :
Mengapa Coaching Mampu Ciptakan Produktifitas
Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 22-Jan-2024
Kita semua paham bahwa manusia digerakkan
oleh tujuan. Pikirannya selalu mencari tujuan. Ketika manusia tak memiliki
tujuan maka ia akan mengerjakan tujuan yang diciptakan oleh orang lain. Dan
manusia akan bertindak efektif dan konsisten saat ia memiliki tujuan sendiri.
Orang yang memiliki tujuan tentu akan memperjuangkan tujuannya, dengan segala
cara yang ia bisa lakukan.
Kemauan menjadi motor penggerak yang tak ada
orang yang mampu menghambat seseorang yang memiliki kemauan, ya tentu saja
kemauan yang kuat. Kemauan yang tumbuh dari tujuan yang dibuatnya sendiri.
Kemauan yang tumbuh dari dalam diri, motor penggeraknya adalah tujuan yang
benar-benar diinginkannya. Manusia tak akan pernah berhenti sampai tujuan telah
dicapainya. Bahkan mengerjakan yang tak mungkin, pergi ke bulan yang pada masa
itu disebut mustahil, kenyataannya bisa ditempuh oleh manusia.
Namun ketika ia disuruh untuk mencapai
target atau tujuan orang lain, maka semangat ditentukan oleh pihak diluar
dirinya. Kemauannya dipengaruhi oleh apa yang ia dapatkan dengan pikiran dan
tenaga yang ia korbankan. Manusia demikian mudah melemah kemauan dan
semangatnya, ia bekerja harus di monitor. Maka tak mengherankan bahwa Allah
hanya mengangkat derajat 2 manusia yaitu yang beriman dan berilmu.
Disinilah peran leader dibutuhkan untuk
menumbuhkan pemikiran dari diri bawahannya. Bawahan yang mempunyai pendapat,
bersedia untuk memperjuangkan pendapatnya sebagai benar, kecuali kita bisa
membuktikan dengan menumbuhkan kesadaran pada yang bersangkutan. Disinilah
Teknik Coaching diperlukan.
Link to the reality
Investigate the opportunity
Search the Outcome
Talk the Action
Eliminate the Onbstacle
Now Review
Langkah coaching ini sangat membantu dan
sangat efektif dalam menumbuhkan tujuan dalam diri karyawan. Adanya tujuan
menyebabkan manusia berpikir, bagaimana mencapai tujuan yang telah muncul dalam
benaknya. Bukankah manusia memiliki sikap dan melakukan Tindakan karena
kebiasaannya. Bekerja dengan kebiasaan, tak ada yang baru yang dapat
dihasilkan, kecuali apa yang pernah mereka capai dalam hidup dan pekerjaannya.
Coaching membantu mengubah siklus Tindakan
manusia dari Do – Think – Feel yang lebih dominan dikuasai oleh kebiasaan menjadi
Think – Feel – Do. Tindakan yang dilakukan dengan di dahului dengan berpikir
akan menghasilkan tindakan terbaik, karena semua hal telah dipertimbangkan
lebih dulu. Sedangkan Tindakan yang dilakukan dengan kebiasaan (Do), kemudian
dipikirkan mengapa tidak sesuai dan berakhir dengan penyesalan (Feel).
Oleh karena itu Tindakan yang didahului
dengan berpikir maka tak ada kegagalan yang ditemui hanya belajar atau sukses.
Belajar karena hasil belum sesuai yang diharapkan dan kita perlu mengubah
Tindakan agar mendapatkan hasil yang berbeda, atau hasil yang diharapkan. Mudah
dipahami jika Tindakan di dahului dengan berpikir hanya ada belajar dan
berhasil maka tidak ada Coaching yang mengalami kegagalan. Coaching selalu
menghasilkan keberhasilan dan kemajuan bagi Coachee.
Oleh karena itu Coaching tentu mampu
meningkatkan produktifitas (ada diartikel web ini, bagaimana Teknik coaching
mampu menghasilkan Tindakan mencapai target hanya dengan satu kali pertemuan).
Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana Coach mengajak coachee untuk
berpikir melalui tahapan coaching LISTEN. Kebanyakan coach ikut memasukkan ide
dalam proses coaching, hal inilah yang menjadi penghambat individu bergerak
dengan semangat dan konsisten.
Sesungguhnya proses Coaching adalah mirroring
process, dimana coachee dapat melihat diri mereka ada di dalam coach. Atau
dengan kata lain, coachee berbicara dengan dirinya sendiri. Bukankah musuh
terbesar manusia ada didalam dirinya sendiri. Konsep mereka berbicara dengan
dirinya sendiri, berarti ada proses evaluasi diri. Dan satu-satunya cara untuk
melakukan perbaikan diri adalah evaluasi diri. Mereka yang tak pernah lakukan
atau enggan lakukan evaluasi diri maka akan mengalami kesulitan untuk melakukan
perbaikan diri.
Dalam mirroring process, ada Sebagian coach
yang mengambil ballpoint dan mencatat Tindakan apa yang akan dilakukan oleh
coachee. Disini berarti mirroring process terhenti, dimana coachee melihat
orang lain yang sedang berbicara dengannya. Oleh karena itu, seorang coach
perlu memiliki tingkat kesabaran untuk bersedia mendengarkan. Bukankah kita
diberi 2 telinga yang menandakan kita diminta lebih banyak mendengarkan
daripada berbicara atau melakukan Tindakan ketika membantu seseorang memahami
kebutuhannya. Tahapan akhir adalah Now Review, berarti coachee mengulang apa
saja yang akan dilakukan. Setelah proses ini, coach bisa mencatat tanpa
sepengetahuan coachee.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :