Mengapa Coaching Mampu Ciptakan Produktifitas



Bagikan melalui :





Kita semua paham bahwa manusia digerakkan oleh tujuan. Pikirannya selalu mencari tujuan. Ketika manusia tak memiliki tujuan maka ia akan mengerjakan tujuan yang diciptakan oleh orang lain. Dan manusia akan bertindak efektif dan konsisten saat ia memiliki tujuan sendiri. Orang yang memiliki tujuan tentu akan memperjuangkan tujuannya, dengan segala cara yang ia bisa lakukan.

Kemauan menjadi motor penggerak yang tak ada orang yang mampu menghambat seseorang yang memiliki kemauan, ya tentu saja kemauan yang kuat. Kemauan yang tumbuh dari tujuan yang dibuatnya sendiri. Kemauan yang tumbuh dari dalam diri, motor penggeraknya adalah tujuan yang benar-benar diinginkannya. Manusia tak akan pernah berhenti sampai tujuan telah dicapainya. Bahkan mengerjakan yang tak mungkin, pergi ke bulan yang pada masa itu disebut mustahil, kenyataannya bisa ditempuh oleh manusia.

Namun ketika ia disuruh untuk mencapai target atau tujuan orang lain, maka semangat ditentukan oleh pihak diluar dirinya. Kemauannya dipengaruhi oleh apa yang ia dapatkan dengan pikiran dan tenaga yang ia korbankan. Manusia demikian mudah melemah kemauan dan semangatnya, ia bekerja harus di monitor. Maka tak mengherankan bahwa Allah hanya mengangkat derajat 2 manusia yaitu yang beriman dan berilmu.

Disinilah peran leader dibutuhkan untuk menumbuhkan pemikiran dari diri bawahannya. Bawahan yang mempunyai pendapat, bersedia untuk memperjuangkan pendapatnya sebagai benar, kecuali kita bisa membuktikan dengan menumbuhkan kesadaran pada yang bersangkutan. Disinilah Teknik Coaching diperlukan.

Link to the reality

Investigate the opportunity

Search the Outcome

Talk the Action

Eliminate the Onbstacle

Now Review

Langkah coaching ini sangat membantu dan sangat efektif dalam menumbuhkan tujuan dalam diri karyawan. Adanya tujuan menyebabkan manusia berpikir, bagaimana mencapai tujuan yang telah muncul dalam benaknya. Bukankah manusia memiliki sikap dan melakukan Tindakan karena kebiasaannya. Bekerja dengan kebiasaan, tak ada yang baru yang dapat dihasilkan, kecuali apa yang pernah mereka capai dalam hidup dan pekerjaannya.

Coaching membantu mengubah siklus Tindakan manusia dari Do – Think – Feel yang lebih dominan dikuasai oleh kebiasaan menjadi Think – Feel – Do. Tindakan yang dilakukan dengan di dahului dengan berpikir akan menghasilkan tindakan terbaik, karena semua hal telah dipertimbangkan lebih dulu. Sedangkan Tindakan yang dilakukan dengan kebiasaan (Do), kemudian dipikirkan mengapa tidak sesuai dan berakhir dengan penyesalan (Feel).

Oleh karena itu Tindakan yang didahului dengan berpikir maka tak ada kegagalan yang ditemui hanya belajar atau sukses. Belajar karena hasil belum sesuai yang diharapkan dan kita perlu mengubah Tindakan agar mendapatkan hasil yang berbeda, atau hasil yang diharapkan. Mudah dipahami jika Tindakan di dahului dengan berpikir hanya ada belajar dan berhasil maka tidak ada Coaching yang mengalami kegagalan. Coaching selalu menghasilkan keberhasilan dan kemajuan bagi Coachee.

Oleh karena itu Coaching tentu mampu meningkatkan produktifitas (ada diartikel web ini, bagaimana Teknik coaching mampu menghasilkan Tindakan mencapai target hanya dengan satu kali pertemuan). Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana Coach mengajak coachee untuk berpikir melalui tahapan coaching LISTEN. Kebanyakan coach ikut memasukkan ide dalam proses coaching, hal inilah yang menjadi penghambat individu bergerak dengan semangat dan konsisten.

Sesungguhnya proses Coaching adalah mirroring process, dimana coachee dapat melihat diri mereka ada di dalam coach. Atau dengan kata lain, coachee berbicara dengan dirinya sendiri. Bukankah musuh terbesar manusia ada didalam dirinya sendiri. Konsep mereka berbicara dengan dirinya sendiri, berarti ada proses evaluasi diri. Dan satu-satunya cara untuk melakukan perbaikan diri adalah evaluasi diri. Mereka yang tak pernah lakukan atau enggan lakukan evaluasi diri maka akan mengalami kesulitan untuk melakukan perbaikan diri.

Dalam mirroring process, ada Sebagian coach yang mengambil ballpoint dan mencatat Tindakan apa yang akan dilakukan oleh coachee. Disini berarti mirroring process terhenti, dimana coachee melihat orang lain yang sedang berbicara dengannya. Oleh karena itu, seorang coach perlu memiliki tingkat kesabaran untuk bersedia mendengarkan. Bukankah kita diberi 2 telinga yang menandakan kita diminta lebih banyak mendengarkan daripada berbicara atau melakukan Tindakan ketika membantu seseorang memahami kebutuhannya. Tahapan akhir adalah Now Review, berarti coachee mengulang apa saja yang akan dilakukan. Setelah proses ini, coach bisa mencatat tanpa sepengetahuan coachee.

Salam improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :