Measure



Bagikan melalui :

Measure

Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 21-Jan-2024





Hasil produksi mengalami peningkatan cukup besar, Manager produksi melaporkan kepada kami. Setelah kita meeting rutin, pencapaian hasil produksi bulan ini alami peningkatan, Bagaimana bisa? Apa pengaruh meeting dapat meningkatkan hasil produksi? 

Ketika kami tanyakan, bagaimana hasil produksinya bisa alami peningkatan? sang manager tak bisa berucap. Dia hanya terlalu senang menyampaikan peningkatan hasil produksi yang alami peningkatan bulan ini. Perbaikan yang terjadi itu bersifat kebetulan karena bapak tak bisa menyebutkan apa saja yang alami perubahan. Ketika kita tak bisa menyebutkan apa saja yang terjadi perubahan, maka kita tak bisa mengulang keberhasilan, kita tak punya peran untuk menghasilkan capaian hasil ini, kita takt ahu apa yang harus kita jaga agar capaian hasil seperti yang pernah terjadi.

Bapak jangan tersinggung dengan perkataan saya. Perbaikan yang dicapai ini bersifat kebetulan. Kog besar perbaikannya? yak arena banyak kebetulan yang terjadi. Input – Proses – Output, jika tak tahu apakah ada perubahan input, perubahan di proses maka peningkatan output itu terjadi karena kebetulan. Kebetulan karyawan masuk terus selama sebulan, jumlah karyawan yang sakit berkurang drastis, Kebetulan Listrik tidak ada gangguan sepanjang periode produksi ini, kebetulan mesin tidak ada kerusakan meskipun kita tidak tahu apa yang berubah dari bagian Teknik, kebetulan air dan bahan baku tersedia cukup dan tak ada gangguan, meskipun kita tak lakukan Tindakan apapun.

Berbahagialah anda yang berada di bagian HR, karena perubahan input yang akan berpengaruh kepada perubahan output. Pelatihan adalah upaya untuk menambah input, sehingga boleh berharap untuk terjadinya perubahan output. Tanpa penambahan input peluang perubahan output juga semakin kecil. Namun yang perlu dianalisa adalah apakah penambahan input menghasilkan perubahan pada proses yang bersifat konsisten atau sementara terjadi.

Setelah mengikuti outbond training, terjadi perubahan tingkat kedisiplinan karyawan. Apakah ini bisa bersifat konsisten? Cukupkah dengan sekali mampu mengubah mindset, mampu mengubah kebiasaan karyawan, mampu mengubah sikao? Orang yang berubah karena training, berarti telah memiliki mindset yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Langkah tepat bagi HRD adalah menciptakan budaya continuous learning untuk hasilkan continuous improvement. Pikiran yang terus diisi dengan hal positif maka akan hasilkan sikap Tindakan positif dan itu berarti terjadi perbaikan di kinerja karyawan.

Tanpa mengukur maka tak ada hasil perbaikan yang bisa diwujudkan. PerintahNya mengajarkan bahwa apabila kita melakukan Tindakan maka ukurlah dan ukurlah. Mengukur itu menjadi wajib dilakukan 2 kali. Dua kali berarti menimbang dengan tepat, atau prinsip keadilan. Dengan prinsip ini maka kita bisa melakukan Analisa apa yang perlu dilakukan.

Ketika mendapatkan training tentang perlunya menabung. Bukan dengan sisanya kemudian ditabung tetapi sisihkan lebih dulu maka kita akan mendapatkan kepastian. Mengukur lebih dulu, apa yang perlu dilakukan agar cukup dan lebih. Setelah itu baru lakukan ukuran ke 2, yang memberitahukan kepada kita bahwa itu cukup atau tidak dengan yang kita butuhkan.

Kami lakukan efisiensi listrik dari 1.200.000 terus dengan cara menimbang dan kami dapatkan apa saja yang berpengaruh terhadap penurunan biaya listrik (pernah kami tulis sampai dengan 700 ribuan). Kini terus ditemukan aktifitas yang non value added activity. Anehnya kami tak menyangka bisa diturunkan sampai dibawah 500 ribu. Pedoman kami adalah pemakaian 8 kwh per hari, setelah bisa capai turunkan menjadi 7 kwh. Ternyata pembantu jika setrika butuh waktu lama karena sering terima pesan WA, apalagi gunakan wifi rumah. Setelah ganti pembantu, mulai diajari fokus, untuk pekerjaannya. Gak boleh ada sambil ini, sambIl itu.

Measure yang harus dilakukan HRD, atas segala yang diharapkan dengan prioritas pembentukan disiplin sebagai kepatuhan untuk ciptakan budaya contenuous improvement.

a.       Ukuran Disiplin

Data disiplin hadir telah dipahami oleh tim HRD, namun perlu dibagi gradasinya dimana alpha memiliki bobot terbesar 5 misalnya, kemudian Pemberitahuan, sakit tanpa surat dokter, terlambat, ijin, cuti, sakit dengan surat dokter. Dengan gradasi pembobotan dapat diketahui leader mana yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari HRD.

b.       Ukuran Kepatuhan

Ukuran kepatuhan dapat diukur melalui 5R. berapa persen masing-masing penanggung jawab area mencapai ukuran kepatuhan 5R, mulai dari before dan after.

c.       Ukuran Skala Sikap

HRD dapat membuat ukuran skala sikap, sebelum treatment program dijalankan dan mengukur kembali setelah dijalankan. Apa yang perlu ditambahkan dalam program agar sasaran target yang diharapkan dapat dicapai.

d.       Ukuran Self Evaluation

HRD dapat membuat checklist apa saja yang perlu diperbaiki dari sikap dan perilaku karyawan. Karena evaluasi diri ini sangat subyektif maka perlu ada evaluasi pengecekannya dengan menjalankan ranking method atau menerapkan penilaian 360. Dan HRD fokus pada pembentukan sikap perbaikan pada karyawan yang dinilai tidak memberikan informasi yang sesuai dengan fakta.

e.       Ukuran performance kerja

Ukuran kinerja ini didata sebelum program dijalankan meliputi hasil produksi, % reject, jumlah downtime, kecepatan kirim, jumlah ritase dll. Pengukuran disesuaikan dengan program Active Learning yang disampaikan ke karyawan. Dengan Latihan berpikir berkelanjutan dan kesesuaian materi yang diberikan tentu akan berdampak pada peningkatan performance kerja perusahaan.

 

Salam improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :