
Bagikan melalui :
Hasil produksi mengalami peningkatan cukup
besar, Manager produksi melaporkan kepada kami. Setelah kita meeting rutin,
pencapaian hasil produksi bulan ini alami peningkatan, Bagaimana bisa? Apa
pengaruh meeting dapat meningkatkan hasil produksi?
Ketika kami tanyakan, bagaimana hasil
produksinya bisa alami peningkatan? sang manager tak bisa berucap. Dia hanya
terlalu senang menyampaikan peningkatan hasil produksi yang alami peningkatan
bulan ini. Perbaikan yang terjadi itu bersifat kebetulan karena bapak tak bisa
menyebutkan apa saja yang alami perubahan. Ketika kita tak bisa menyebutkan apa
saja yang terjadi perubahan, maka kita tak bisa mengulang keberhasilan, kita
tak punya peran untuk menghasilkan capaian hasil ini, kita takt ahu apa yang
harus kita jaga agar capaian hasil seperti yang pernah terjadi.
Bapak jangan tersinggung dengan perkataan
saya. Perbaikan yang dicapai ini bersifat kebetulan. Kog besar perbaikannya?
yak arena banyak kebetulan yang terjadi. Input – Proses – Output, jika tak tahu
apakah ada perubahan input, perubahan di proses maka peningkatan output itu
terjadi karena kebetulan. Kebetulan karyawan masuk terus selama sebulan, jumlah
karyawan yang sakit berkurang drastis, Kebetulan Listrik tidak ada gangguan
sepanjang periode produksi ini, kebetulan mesin tidak ada kerusakan meskipun
kita tidak tahu apa yang berubah dari bagian Teknik, kebetulan air dan bahan
baku tersedia cukup dan tak ada gangguan, meskipun kita tak lakukan Tindakan
apapun.
Berbahagialah anda yang berada di bagian
HR, karena perubahan input yang akan berpengaruh kepada perubahan output. Pelatihan
adalah upaya untuk menambah input, sehingga boleh berharap untuk terjadinya
perubahan output. Tanpa penambahan input peluang perubahan output juga semakin
kecil. Namun yang perlu dianalisa adalah apakah penambahan input menghasilkan
perubahan pada proses yang bersifat konsisten atau sementara terjadi.
Setelah mengikuti outbond training, terjadi
perubahan tingkat kedisiplinan karyawan. Apakah ini bisa bersifat konsisten?
Cukupkah dengan sekali mampu mengubah mindset, mampu mengubah kebiasaan
karyawan, mampu mengubah sikao? Orang yang berubah karena training, berarti
telah memiliki mindset yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Langkah
tepat bagi HRD adalah menciptakan budaya continuous learning untuk hasilkan
continuous improvement. Pikiran yang terus diisi dengan hal positif maka akan
hasilkan sikap Tindakan positif dan itu berarti terjadi perbaikan di kinerja
karyawan.
Tanpa mengukur maka tak ada hasil perbaikan
yang bisa diwujudkan. PerintahNya mengajarkan bahwa apabila kita melakukan
Tindakan maka ukurlah dan ukurlah. Mengukur itu menjadi wajib dilakukan 2 kali.
Dua kali berarti menimbang dengan tepat, atau prinsip keadilan. Dengan prinsip
ini maka kita bisa melakukan Analisa apa yang perlu dilakukan.
Ketika mendapatkan training tentang
perlunya menabung. Bukan dengan sisanya kemudian ditabung tetapi sisihkan lebih
dulu maka kita akan mendapatkan kepastian. Mengukur lebih dulu, apa yang perlu
dilakukan agar cukup dan lebih. Setelah itu baru lakukan ukuran ke 2, yang
memberitahukan kepada kita bahwa itu cukup atau tidak dengan yang kita
butuhkan.
Kami lakukan efisiensi listrik dari
1.200.000 terus dengan cara menimbang dan kami dapatkan apa saja yang berpengaruh
terhadap penurunan biaya listrik (pernah kami tulis sampai dengan 700 ribuan).
Kini terus ditemukan aktifitas yang non value added activity. Anehnya kami tak
menyangka bisa diturunkan sampai dibawah 500 ribu. Pedoman kami adalah
pemakaian 8 kwh per hari, setelah bisa capai turunkan menjadi 7 kwh. Ternyata
pembantu jika setrika butuh waktu lama karena sering terima pesan WA, apalagi
gunakan wifi rumah. Setelah ganti pembantu, mulai diajari fokus, untuk
pekerjaannya. Gak boleh ada sambil ini, sambIl itu.
Measure yang harus dilakukan HRD, atas
segala yang diharapkan dengan prioritas pembentukan disiplin sebagai kepatuhan
untuk ciptakan budaya contenuous improvement.
a.
Ukuran Disiplin
Data disiplin hadir telah
dipahami oleh tim HRD, namun perlu dibagi gradasinya dimana alpha memiliki
bobot terbesar 5 misalnya, kemudian Pemberitahuan, sakit tanpa surat dokter,
terlambat, ijin, cuti, sakit dengan surat dokter. Dengan gradasi pembobotan
dapat diketahui leader mana yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari HRD.
b.
Ukuran Kepatuhan
Ukuran kepatuhan dapat
diukur melalui 5R. berapa persen masing-masing penanggung jawab area mencapai
ukuran kepatuhan 5R, mulai dari before dan after.
c.
Ukuran Skala Sikap
HRD dapat membuat ukuran
skala sikap, sebelum treatment program dijalankan dan mengukur kembali setelah
dijalankan. Apa yang perlu ditambahkan dalam program agar sasaran target yang
diharapkan dapat dicapai.
d.
Ukuran Self Evaluation
HRD dapat membuat
checklist apa saja yang perlu diperbaiki dari sikap dan perilaku karyawan.
Karena evaluasi diri ini sangat subyektif maka perlu ada evaluasi pengecekannya
dengan menjalankan ranking method atau menerapkan penilaian 360. Dan HRD fokus
pada pembentukan sikap perbaikan pada karyawan yang dinilai tidak memberikan
informasi yang sesuai dengan fakta.
e.
Ukuran performance kerja
Ukuran kinerja ini didata
sebelum program dijalankan meliputi hasil produksi, % reject, jumlah downtime,
kecepatan kirim, jumlah ritase dll. Pengukuran disesuaikan dengan program Active
Learning yang disampaikan ke karyawan. Dengan Latihan berpikir berkelanjutan
dan kesesuaian materi yang diberikan tentu akan berdampak pada peningkatan
performance kerja perusahaan.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :