
Bagikan melalui :
Dalam forum diskusi HR, pembahasan tentang
bagaimana mengurangi tingkat turn over, sehingga terbuka peluang melakukan
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Dalam pertemuan, ada saja HR yang
mengatakan bahwa tingkat turn over ditempat dia kecil, tetapi ketika dibahas
lebih dalam, apa penyebab karyawan yang keluar, mereka tak detail memberikan
penjelasan. Sedangkan rekan yang turn overnya lebih besar, merasa penting
diskusi ini.
Sebetulnya yang perlu dikembangkan oleh HR
adalah kemampuan Analisa atas kondisi bisnisnya dan kemampuan untuk
identifikasi sumber permasalahannya. Bukan ukuran data tingkat turn over. Perusahaan
yang bergerak dibidang retail bisnis, F&B yang tak membutuhkan penguasaan
product knowledge atau yang sejenis tentu tidak mengharapkan karyawan bergabung
lama di perusahaan. Banyak sumber tenaga kerja yang bisa menggantikan skill
yang dibutuhkan.
Perusahaan yang memiliki tingkat turnover
yang tinggi perlu menerapkan strategi untuk memberikan pelatihan cepat dimana
karyawan baru dalam waktu singkat dapat menguasai ketrampilan sesuai yang
dibutuhkan. Justru karyawan yang bergabung dibataskan kontrak kerjanya. Dengan
terlalu lama karyawan bergabung dapat menimbulkan masalah, karena perusahaan
bersaing dengan pasar tradisional yang gaji karyawannya tentu saja di bawah
UMK. Karir kerja di perusahaan ini juga pendek sehingga harus dapat perhatian
khusus dari rekan HR.
Apa saja faktor penyebab turnover yang
perlu dipahami oleh rekan HR sehingga dapat menentukan strategi perbaikannya.
1.
Gaji yang rendah
Gaji rendah bukan satu-satunya alasan karyawan
mengundurkan diri. Karyawan yang bergabung di perusahaan tentu telah
disampaikan tentang besaran gaji yang akan diterimanya. Karyawan telah sepakat
dengan besaran gaji yang diterima. Tetapi adakah peluang karyawan mendapatkan
kenaikan gaji, apakah tim HR telah menjelaskan peluang ini dengan ukuran yang
jelas sehingga karyawan bersedia tetap berada di perusahaan. Banyak juga
karyawan yang menerima gaji dibawah UMK tetapi tetap memilih bekerja di
perusahaan karena situasi kekeluargaan, punya banyak kesempatan belajar yang
diberikan dan peluang karir yang lebh baik ketika mereka keluar dari
perusahaan.
2.
Beban kerja berlebih
Tak diberikannya kesempatan untuk beristirahat ketika
sudah alami kelelahan. Tentu saja karyawan yang lebih senior sudah bisa
mengikuti ritme kerja. Leader kurang memberi perhatian pada kekuatan fisik
karyawan. Pekerjaan pemeriksaan juga akan menghasilkan kelelahan mata. Perlu
diatur latihan bagi karyawan baru. Mereka tak mungkin bisa disamakan dengan
karyawan senior.
3.
Bekerja melebihi batas waktu
Bekerja melebihi batas waktu bukan sebagai indicator
loyalitas tetapi perlu ditekankan sebagai wujud tanggung jawab. Jika tidak
selesaikan, akan berdampak buruk bagi organisasi. Tetapi kelebihan waktu yang
bersifat rutin berarti telah menjadi kewajiban atau tugas. Ketentuan ini
menumbuhkan pemikiran bahwa jam kerja sudah berubah, dan tak ada kesempatan
untuk menjalani makna hidup yang lain. Hidupnya hanya untuk kerja. Apalagi jika
tak dibayar lembur. Meskipun dibayar lembur, tetapi jika tiap hari maka tak ada
kehidupan lain selain kerja. Tak semua karyawan terus membutuhkan uang, hingga
ia terus menerus menjalani kerja lebih dari waktu.
4.
Bekerja tambahan yang bukan
menjadi jobdesnya.
Ada Sebagian karyawan yang berpandangan bahwa jobdes
adalah skope kerjanya. Jika penugasan tidak sesuai dengan jobdes maka ia tak
bersedia melakukannya. Mereka mau mengerjakan dengan terpaksa dan hasilnya
tidak optimal. Umumnya karyawan demikian, menghendaki pekerjaan tambahannya
dinilai dengan uang. Disini faktor penyebabnya adalah kurangnya pelatihan dan
pembinaan dari HR dan leader. Karyawan telah dibayar sesuai dengan waktu
kerjanya. Jika ia mengerjakan pekerjaan lain, tentu pekerjaan yang sesuai
jobdesnya tak dikerjakan atau berkurang kegiatannya. Sepanjang penugasan itu
diberikan dalam jam kerja, tentunya sudah terbayar dengan upahnya.
5.
Sikap senior dan tim kerja
Adapun yang termasuk disini adalah :
a.
Rekan kerja sikapnya tidak menerima
karyawan baru. Adanya karyawan baru yang seharusnya membantu pekerjaan mereka
malah tak diindahkan. Karyawan baru tidak disapa, didekati, ditanyakan apa
kesulitannya, tak dibimbing tentang apa yang harus dilakukan. Sikap ini tumbuh
dari sikap leader kepada karyawan.
b.
Tim kerja tak menerima
kehadiran karyawan baru ketika diterapkan sistem bonus kelompok. Mereka
menganggap hadirnya karyawan baru akan mengurangi besaran jumlah bonus per
orang, padahal karyawan baru belum memberikan kontribusi penuh.
c.
Hadirnya karyawan baru sebagai
pesaing bagi karyawan senior. Terutama jika penggajian tidak diatur sesuai
dengam struktur dan skala upah.
6.
Sistem renumerasi
Ketika penggajian disusun dengan tak membedakan karyawan
baru dan lama tentu menimbulkan ketidakpuasan. Struktur skala upah yang tak
membedakan antara karyawan berprestasi dan yang tidak berprestasi akan
menyebabkan dorongan berprestasi menjadi lemah. Struktur skala upa perlu
mempertimbangkan pay for discipline, pay for knowledge dan pay for performance.
7.
Jalur karir
Karyawan dituntut serba bisa, taka da kelas atau grade
pangkat karyawan atau jalur karir yang pendek tentu tak akan mampu
mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada di perusahaan.
Sistem pendidikan karyawan perlu didisain agar dapat menyiapkan
karyawan-karyawan pengganti ketika ada karyawa keluar dari perusahaan.
8.
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang toksik tak membuat karyawan betah
tinggal di perusahaan. HR perlu mendisain pendidikan agar mindset karyawan
menjadi positif.
9.
Sikap leader
Leader adalah penentu hasil akhir. Malik yang menentukan hasil. Oleh
karena itu ilmu leadership tak pernah berhenti dan terus berkembang. Kamipun
mendisain materi leader yang memiliki jumlah terbanyak. Karyawan keluar
disebabkan karena sikap leader, semua karyawan membutuhkan pekerjaan, maka ia
tak menolak kebijakan perusahaan yang telah disepakati, tak mempersoalkan
peraturan perusahaan yang telah diterimanya, tak menolak program pengembangan
kecuali ada support dari leader, ada sikap pembiaran dari leader.
Bila bermanfaat, bagikan melalui :