
Bagikan melalui :
Banyak HR yang tidak paham bagaimana
memantau berjalannya program leadership. Setelah mendesain alat bantu untuk
menanamkan nilai yang berupa visi, misi, nilai kerja, hafalan penyimpangan,
salam kami, semboyan hidup bahkan mars perusahaan. Rencana hafalan nilai ini
disampaikan di dalam pengarahan sebelum bekerja. Diharapkan nilai ini menjadi
pedoman bagi karyawan dalam bekerja. Dengan menghafalkannya maka ada upaya
untuk proses internalisasi nilai dalam benak karyawan.
HR membuat jadual penyampaian nilai kerja
yang telah didisain. Bahkan telah dilengkapi dengan buku doa, dan buku renungan
agar membiasakan leader untuk mampu tampil memberikan pengarahan dan karyawan
dapat menerima pemahaman dari bacaan yang disampaikan. Semua didisain dan
disiapkan dengan detail dan memudahkan bagi leader untuk menjalankan Latihan
dan meningkatkan kemampuan soft skillnya melalui Latihan. Hanya dengan Latihan,
maka kemajuan dapat diharapkan terjadi. Dan semua leader mengalami peningkatan
dalam kemampuan leadershipnya.
Dengan dibantu untuk membuatkan program, HR
menjadi merasa dimudahkan dan menjalankannya dipandang sederhana. Mereka
melaporkan bahwa pengarahan sebelum bekerja telah dijalankan sesuai jadwal.
Leader kini tumbuh keyakinannya dalam menyampaikan materi atau memberikan
pengarahan didepan karyawan.
Kamipun menyampaikan masukan kepada tim HR
perusahaan. Kita ini bukan Lembaga training yang melatih leadership. Program
leadership adalah suatu cara untuk mencapai hasil yang diharapkan. Program
memang didisain untuk meningkatkan kemampuan leadership, dan hanya dengan
Latihan maka kemajuan sudah dapat dipastikan dicapai.
Kita harus melihat pada ukuran hasil,
karena pelatihan diselenggarakan di perusahaan dan atas biaya perusahaan. Bagaimana
dengan kedisiplinan karyawan, kebersihan, jumlah kasus penyimpangan dan hasil
proses apakah terjadi peningkatan. Jika belum menunjukkan perbaikan yang
signifikan maka kita perlu evaluasi pelaksanaan program leadership ini. Apa
yang perlu kita tambahkan, apa yang perlu diperbaiki atau apa yang perlu
diubah.
HR pun menyampaikan bahwa semua leader
telah berlatih dimasing-masing lokasi. Namun ada yang memiliki bawahan jumlah
sedikit, sehingga di bagian itu digabungkan dengan bagian lain. Dan sudahkah diperhatikan
bagaimana mereka berlatih? Apakah tim HR selalu mendampingi mereka dengan
kunjungan pemantauan pelaksanaannya? Ternyata hanya sekali dilakukan dan tak
pernah dipantau lagi. Pemantauan sekali dianggap sudah mengetahui proses
pelaksanaan pengarahan sebelum bekerja.
Kamipun mendampingi team HR untuk memantau
pelaksanaan pengarahan. Berdasar pengamatan di lokasi pengarahan, kami
menyampaikan bahwa sistem kepatuhan belum dijalankan. Leader kebanyakan tidak
membuat karyawan patuh, bukankah pemimpin lahir dengan dipimpin. Maka
ciptakanlah situasi karyawan dipimpin, bukan diberi pengarahan.
Leader telah ditetapkan target harus capai
18 point dalam memimpin karyawannya. Ternyata situasi kepatuhan belum dibentuk.
Leader tidak semuanya berani dalam memimpin bawahannya. Karyawan harus dibentuk
patuh lebih dulu, baru mereka mudah untuk diarahkan. Kepatuhan dibentuk dengan
leader membiasakan diri memerintah dan karyawan terbiasa diperintah. Bawahan
mengikuti setiap perintah dalam pengarahan sebelum bekerja sebagai tanda
kepatuhan telah tercipta.
Ketika telah tercipta kepatuhan, karyawan
biasa diperintah dan mengikuti perintah, maka budaya patuh pada pemimpin telah
tercipta. Orang yang patuh menjadi jauh lebih mudah untuk diarahkan, bersedia
mendengarkan apa yang disampaikan. Sesungguhnya materi hanya alat bantu untuk
memahamkan karyawan tentang nilai kerja yang perlu dijalankan selama kerja di
perusahaan. Materi yang disampaikan berulang-ulang akan mudah diingat oleh
karyawan.
Sedangkan materi yang disampaikan setiap
terjadi kasus maka akan menumbuhkan begitu pentingnya materi itu dipahami oleh
karyawan. Karyawan merasakan urgen dan penting ketika itu disampaikan dengan
serius oleh leader ketika terjadi penyimpangan. Mereka menjadi paham bahwa apa
yang disampaikan adalah sesuatu yang penting dan perlu diperhatikan. Disinilah
leader menumbuhkan motivasi, dan menanamkan disiplin pada diri karyawan, bukan
karyawan ditakuti atau dibuat cemas dengan ancamannya.
Oleh karena itu setelah budaya kepatuhan
telah dibentuk maka leader perlu berlatih menyampaikan materi dimana karyawan
menjadi berpikir. Teknik menegur dengan kasih dan coaching dijalankan sehingga
kita menanam nilai dalam benak karyawan. Dengan bantuan Active Learning
Management System tentu karyawan dibentuk kebiasaan berpikirnya sehingga
memudahkan untuk menerima teguran dan mengurangi tingkat penolakan.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :