Memperjuangkan Nasib Pekerja



Bagikan melalui :

Memperjuangkan Nasib Pekerja

Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 22-Jan-2024





Benarkah nasib buruh dapat diperjuangkan? Siapakah yang memperjuangkannya? Bagaimana memperjuangkannya? Sebetulnya pertanyaan ini yang perlu mendapatkan jawaban, sehingga kita bisa menjadi lebih paham tentang bagaimana nasib buruh diperjuangkan. 

Ketika seseorang melakukan tindakan, siapa yang akan menuai hasil dari tindakannya. Tak dipungkiri, hampir semua orang menyatakan orang yang berbuat yang berhak untuk menuai apa yang dilakukannya.  Bagaimana dengan orang lain? Bisakah mereka menuai dari tindakan orang lain? Sepakat tidak ada kasus seperti itu, yang ada adalah mereka merasakan manfaat dari perbuatan orang lain. Tindakan itu disebut tindakan baik karena bisa dirasakan manfaatnya oleh orang disekitarnya.

Lalu apa beda dengan tindakan benar? Tindakan benar berarti bermanfaat bagi semua orang, bukan bermanfaat hanya bagi sekelompok orang atau golongan saja. Kesimpulannya, adakah orang yang bisa memperjuangkan nasib orang lain? Lalu bagaimana dengan perintahNya, dimana Tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tak mau mengubah nasibnya sendiri.

Tentu saja yang memperjuangkan, akan mengalami kondisi yang lebih baik. Benarkah kenaikan UMK yang merupakan perjuangan kaum pekerja sehingga mereka mampu mengubah nasibnya menjadi lebih baik? Benarkah faktanya demikian, apakah pekerja mengalami kenaikan kehidupan yang lebih baik?

Dalam 2 tahun terakhir, terjadi kenaikan UMk sebesar 3%, benarkah kondisi hidup pekerja Indonesia mengalami kenaikan? Tidak. Jika yakin tidak, berarti siapa yang memperjuangkannya, tentu saja yang berjuang mengalami nilai hidup yang lebih baik. Ketika nilai UMK naik 3%, maka semua barang kebutuhan yang melibatkan tenaga kerja juga mengalami peningkatan. Kondisi ini memicu terjadi inflasi dimana bisa mencapai hingga 8% ketika produktifitas tidak mengalami peningkatan.

Sesungguhnya apa yang diperjuangkan karyawan dengan tuntutan, tak menghasilkan perbaikan nilai hidup bagi karyawan. Nasib karyawan ditentukan oleh gaya hidup karyawan yang tak pernah diupayakan untuk berubah. Banyak orang yang perhatian terhadap nasib pekerja, tetapi pekerja itu sendiri yang bisa mengubah nasibnya sendiri. Apa yang dituntut tak akan mengubah apapun, tetapi justru membuat nasib karyawan semakin  terpuruk.

Siapakah yang sesungguhnya memperhatikan dan mengupayakan nasib karyawan menjadi lebih baik?

  1. Perusahaan, yang memberikan kesempatan karyawan belajar. Perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk mendidik karyawannya, menerima kesalahan-kesalahan yang membuat kerugian dan masih memberikan kesempatan bagi karyawan untuk belajar. Justru ada sebagian karyawan yang menempatkan prioritas tuntutan untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
  2. Leader yang menerima karyawan tetap bekerja, memberikan bimbingan agar karyawan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan untuk emningkatkan kinerja. Leader yang banyak mendapatkan tentangan, protes, dan dengan penuh kesabaran membimbing karyawan agar memiliki sikap disiplin, tanggung jawab, jujur dan memiliki ketrampilan demi nasib mereka menjadi lebih baik.
  3. HRD dengan program-program pengembangan SDMnya, membantu karyawan untuk dapat memperbaiki nasib mereka. HRD yang sering di protes karena sikap tegasnya, HRD yang berupaya menyajikan data kedisiplinan dan berharap karyawan menjadi disiplin. HRD yang banyak dicari kesalahannya dan paling sering dikeluhkan tindakannya oleh karyawan. HRD yang program-program pengembangan yang dengan susah payah didesain tetapi dengan mudahnya tidak dianggap. Padahal semua program yang didesain adalah demi kemajuan perusahaan dan karyawan.
  4. Siapa lagi yang memiliki perhatian dan bersedia memikirkan untuk membantu pekerja mampu mengubah nasib mereka. Tentu hanya ada di dalam perusahaan, tak ada sesuatu yang berada diluar perusahaan dapat mengupayakan perbaikan nasib karyawan di perusahaan. Mereka justru memperjuangkan nasib mereka sendiri, maka mereka sangat keras berupaya untuk terjadinya perubahan dengan tuntutan mereka.

Tak ada tuntutan yang mampu memperbaiki nasib seseorang. Tuntutan akan menghasilkan tuntutan berikutnya dan memberikan pengajaran mudahnya untuk mendapatkan kenaikan tanpa usaha keras meningkatkan apa yang ada didalam diri. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian sesungguhnya yang dapat meningkatkan nasib karyawan. Karyawan yang mempu mengembangkan skill tentu nasibnya menjadi lebih baik.

Salam improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :