
Bagikan melalui :
Berawal diskusi dengan Direksi tentang
program Active Learning yang akan diterapkan. Perusahaan telah menerapkan
program Active Learning untuk level karyawan dan leader selama 12 tahun. Justru
telah banyak masukan yang diberikan oleh pihak hrd dan leader dalam
menyempurnakan materi yang dibutuhkan.
Materi untuk karyawan dan leader telah
berjalan. Kini bagian HR juga perlu berlatih karena selama ini jalankan
kebijakan yang dibuat oleh Direksi. Mereka harus paham tentang apa yang harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan peraturan dan undang-undang
ketenagakerjaan. Kebijakan yang saya sampaikan bisa jadi belum sesuai dengan
peraturan. Saya berharap divisi HR saya dapat memberikan sumbangsih atas
kebijakan-kebijakan yang saya buat, bukan hanya menjalankan apa yang saya
perintahkan.
Ya, kini HR sudah tidak lagi perlu
mengerjakan Active Learning karyawan dan leader, dengan tujuan mampu memberikan
bimbingan kepada karyawan. Fase itu sudah lewat, karena program Active Learning
Management System telah mengalami banyak perubahan dimana diharapkan karyawan
mampu belajar mandiri untuk menguasai materi. Semakin banyak materi yang dibuat
tentunya akan menambah kesulitan bagi HRD untuk memahami apa yang disampaikan.
Kini tugas HR lebih pada Analisa atas
materi yang disampaikan. Adakah materi yang perlu ditambahkan karena belum
masuk dalam program. Dan ini dapat dilakukan oleh pihak HR dengan mengerjakan
Latihan untuk evaluasi, karena tugas HR lebih pada identifikasi problem dengan
Analisa kebutuhan training yang dilakukannya.
HR A yang sudah berpengalaman dalam
pengelolaan SDM pernah bertanya, kami sudah bekerja 12 tahun dibidang ini,
tentunya kami paham betul tentang apa yang terhubung kait dengan peraturan
perundangan bidang tenaga kerja. Ya jauh lebih baik dievaluasi melalui Latihan
berpikir Active Learning management system sehingga kami bisa sampaikan ke
direksi bahwa team HR sudah paham. Sehingga direksi menjadi lebih percaya
kapasitas team HR nya.
Setelah mengerjakan Latihan, HR A menyampaikan
bahwa ternyata ia hanya mencapai nilai 60. Keesokan harinya ia berlatih lagi
dan capai nilai 64, karena jumlah soal untuk Latihan bidang HR hanya 25 soal.
Hingga Latihan ke 5, HR menyampaikan nilainya belum bisa capai angka 70.
Berarti selama ini, bagian HR lebih banyak aktifitasnya menjalankan kebijakan
bukan yang ikut terlibat dalam menentukan kebijakan sehingga pengalaman 12
tahun tak membuatnya menjadi paham tentang topik memahami status pekerja.
Tentunya setelah pengerjaan 3 kali dengan nilai
60 maka peserta latih akan dapat memahami dengan lebih baik karena jawaban
materi yang benar dapat dibaca sebelum mengerjakan Latihan. Dengan mengerjakan
sesuai dengan SOP yang ditetapkan maka hanya dibutuhkan Latihan 9 kali untuk
dapat menyelesaikan tuntas 1 materi. Karena 3 kali Latihan lagi, maka peserta
latih dapat melihat 8 soal yang paling banyak salah dalam pengerjaannya.
Lain lagi dengan HR B dan C diperusahaan
lain. Mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan materi 1 ini. Ketika
ditanyakan kenapa kog bisa cepat menyelesaikan materi ini. Ternyata karena
sering diajak diskusi tentang peraturan magang, peraturan PKWT dan karyawan
tetap. HR B yang lebih dulu mengerjakan Latihan HR merasakan bahwa pertanyaan
dalam wawancara yang selama ini dilakukan lebih kepada pertanyaan tentang
sikap. Ia merasakan ada hal yang perlu ia benahi dalam pelaksanaan wawancara.
Beda dengan HR D. ia merasa pengalamannya
selama 8 tahun dipandang sudah cukup untuk bisa menyelesaikan materi berkaitan
dengan materi pemahaman tentang status pekerja. Setelah mengerjakan Latihan, ia
terus terang belum bisa capai nilai diatas 60. Nilainya capai 56. Ternyata
banyak yang perlu saya pelajari
Bila bermanfaat, bagikan melalui :