
Bagikan melalui :
Teman berkumpul dan mendiskusikan tentang
KPI di Coffee Ejji Corner. Ada yang baru mendapatkan pelatihan tentang Bagaimana
Menyusun KPI. Awalnya ia yang antusias menjelaskan materi KPI yang
didapatkannya dari pelatihan. Ternyata dalam pembahasan tanya jawab dengan
trainer yang membuat peserta training menjadi lebih paham tentang perbedaan
antara performance Review dan KPI.
Persoalan penilaian kedisiplinan,
pembelajaran dan sikap kerja karyawan tidak boleh dimasukkan dalam komponen KPI
karena itu sudah ada ranah untuk penilaiannya, yaitu performance review. Rekan
lain yang sudah menerapkan KPI di perusahaannya, menyampaikan boleh saja
dimasukkan dalam komponen penilaian dalam KPI, karena menurutnya lebih efektif
daripada kita buat program KPI dan program Performance Appraisal. Toh hasil
dari Performance Appraisal justru akan menunjang pencapaian KPI.
Ketika Performance Appraisal karyawan
kurang baik tentu akan berpengaruh pada hasil KPI. Bagaimana pak, sadar bahwa
saya juga hadir dalam diskusi tersebut. Kita ini mau bahas metode perbaikan
kinerja atau kita bahas tentang bagaimana meningkatkan kinerja perusahaan yang
efektif. Jika fokus kita pada metodenya maka kita tak boleh campurkan antara
metode yang satu dengan lainnya. Tetapi jika kita inginkan hasil performance
meningkat tentunya kita perlu terapkan segala upaya untuk capai target kita.
Ibarat jika kita pergi ke dokter untuk
tujuan sembuh dari penyakit. Kemudian kita hanya ikuti satu metode yang kita
yakini sebagai benar, yaitu minum obat yang rajin sesuai dengan instruksi
dokter. Bagaimana hasilnya? Mereka sepakat, belum tentu sembuh tetapi mereka
tidak paham kenapa tidak yakin sembuh? Dari jawaban rekan, kita paham bahwa
pendekatan holistik yang harus digunakan agar pengobatan menjadi efektif.
Sembuh ditentukan oleh Input, Proses dan
Output. Dalam input tak cukup hanya obat tetapi juga nutrisi yang sesuai
kebutuhan tubuh. Ketika kita pentingkan input juga tidak optimal, kita butuh
olahraga dan pola istirahat yang cukup. Kebanyakan orang sakit jangka panjang,
badannya terasa sakit maka kecenderungan kebiasaan MAGER yang diterapkan, maka
kesembuhan juga jauh dari harapan.
Apakah obat dapat menyembuhkan manusia dari
sakit. Ternyata tak ada obat yang menyembuhkan. Coba dilihat dalam bungkus
obat. Disana tertera obat dapat mengurangi gejala sakit. Kita juga dapatkan
fakta bahwa orang bisa sembuh pergi ke mantri, meskipun hanya disuntik vitamin.
Bahkan ada orang yang mampu sembuh dari kanker dengan diberi obat PLACEBO. Jadi
apa yang menyembuhkan? ya KEYAKINAN. Ketika orang rajin minum obat maka ia
merasa bahwa gejala sakitnya berkurang, disinilah tumbuh keyakinan bahwa ia
telah sembuh.
Pikiran hanya mencipta dan keyakinan yang
mewujudkannya. Pengukuran melalui KPI menumbuhkan kesadaran bahwa masih bisa
ditingkatkan lagi. Motor penggerak untuk konsisten adalah keyakinan. Disiplin,
kepatuhan atau ibadah yang membuat seseorang alami perbaikan, karena mindset
yang positif mendatangkan hasil positif.
Manakala kita hanya gunakan satu metode
KPI, maka kita juga bisa lihat bahwa banyak perusahaan yang menerapkan KPI
tetapi tak mendapatkan hasil yang diharapkan. Ketika disiplin tak dimasukkan
maka pencapaian KPI dapat terjadi karena kebetulan. Kebetulan semua karyawan
masuk kerja, kebetulan listrik tidak pernah bermasalah, kebetulan tak ada mesin
produksi yang rusak, kebetulan bahan tersedia cukup sehingga tidak ada waktu
tunggu.
Hal terpenting HR wajib lakukan Analisa
terhadap peningkatan kinerja. Memasukkan faktor disiplin dan belajar sangat membantu
hasilkan capaian yang lebih baik. Kita dapat memberikan bobot penilaian yang
lebih kecil dari bobot untuk pencapaian performance. Belajar yang ciptakan
mindset positif yang dapat tumbuhkan sikap yang tepat. Konsekuensi juga perlu
dianalisa, ketika pencapaian KPI hanya sebagai tugas dan kewajiban dan tak
berpengaruh terhadap pendapatan karyawan tentu akan menurun motivasi kerja
karyawan.
Kami selalu sarankan untuk penghargaan
pencapaian KPI diberikan secara bulanan dan tahunan. Ketika pencapaian KPI
tinggi tetapi keuntungan perusahaan menurun, berarti ada yang salah dalam
penentuan KPI. Oleh karena itu kami pegang prinsip bahwa perusahaan untung,
bagian berprestasi dan karyawan berkinerja unggul. Kami selalu gunakan
penilaian bagian sebagai tolok ukur tertinggi atas pencapaian KPI individu karyawan.
Silahkan pertimbangkan, apakah kita
berdebat tentang KPI atau bukan KPI, dan kita bisa memilih pendekatan apa yang
perlu diterapkan untuk hasil optimal.
Salam sukses selalu.
Bila bermanfaat, bagikan melalui :