Menyelesaikan Pertikaian



Bagikan melalui :

Menyelesaikan Pertikaian

Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 22-Jan-2024





Baru sampai di perusahaan, sudah dilapori tentang karyawan yang bertikai. Dampak pertikaian ini tentunya tak baik karena dilihat dan diketahui oleh karyawan lain. Kepala pabrik menyampaikan bahwa sudah saya suruh sabar jangan terbawa emosi. Keduanya sudah saya tenangkan tetapi diluar masih terjadi pertikaian.

Suatu prinsip yang perlu dilakukan dalam mengajak berubah adalah memberikan kesadaran kepada individu bahwa tindakannya salah. Ketika ia menganggap benar tentang apa yang dilakukannya maka ia terus mengatakan bahwa dirinya benar. Sulit untuk menerima masukan. Dan terbukti dengan munculnya pertikaian kembali.

Jika ada 2 orang bertikai maka sumber persoalannya ada di 2 orang tersebut. Secara ideal jika keduanya berubah, keduanya menyadari kesalahannya maka hubungan menjadi baik. Jika salah satu berubah maka masalah juga dapat selesai. Oleh karena itu mereka perlu ditunjukkan kesalahannya, tanpa mengetahui kesalahan maka tak ada sikap yang diubah. Perubahan terjadi karena adanya pengakuan kesalahan.

Kepala Pabrik menyampaikan, bahwa yang bertikai wajib menghadap ke HRD. Bukan hanya kamu tetapi keduanya harus menghadap ke HRD. Bagaimana kasusnya, coba ceritakan, kog sampai terjadi perang mulut? Saya ini kerja betul-betul pak, saya sungguh-sungguh bekerja, saya tidak bohong. Memang saya mengisi kartu e-toll karena kurang untuk lanjutkan perjalanan ke Malang. Tetapi setelah kembali ke pabrik, bukti karcis tol nya tidak saya temukan, ketlisut pak. Yaa, semua yang kerja disini, juga sungguh-sungguh bekerja. Jika tak sungguh-sungguh mereka tidak bekerja disini. Ya pak.

Sekarang, boleh saya bertanya. Ketika kasir menanyakan bukti pengeluaran apakah itu tugas dia sebagai kasir? Salahkah ia ketika menanyakan bukti ini kepada bapak? Ya tidak pak. Jika ada orang yang bertikai maka keduanya benar? Adakah dua kebenaran? Benarkah tindakan yang dilakukan jika hasilnya terjadi pertikaian. Tapi saya tidak bohong, saya benar keluarkan uang untuk isi kartu e-toll. Yaa, itu nanti. Saya juga tidak mengatakan bahwa bapak berbohong atau melakukan penyimpangan. Tetapi tolong jawab pertanyaan saya dulu.

Benar itu hanya satu. Benar tidak menghasilkan pertikaian, benar hasilkan damai. Jika tidak damai berarti apa? berarti ada yang salah pak. Tepat jawabannya, tetapi sekali lagi saya tidak menyalahkan bapak. Saya percaya yang bapak sampaikan itu benar bukan bohong. Tetapi yang diminta kasir itu juga tugas dia, setiap transaksi harus ada buktinya. Ketika bapak tak bisa menunjukkan bukti transaksi maka kesalahan ada dipihak siapa pak? ya saya salah pak.

Ketika bapak tak membawa bukti transaksi, maka bapak harus cari bukti transaksi. Bapak bisa minta ke atasan bapak dengan menceritakan persoalan yang bapak alami. Bukan berdebat dengan kasir. Kepala pabrik turut bicara, sudah pak, saya sudah bilang, saya setujui pengeluaran dia. Ya tinggal dibuatkan bukti transaksi keluar yang di tandatangani oleh atasan. Berarti masalahnya kan sudah beres ya pak.

Tetapi saya, dibicarakan di belakang, bahwa saya tidak menyertakan bukti transaksi oleh kasir pak. Terus bapak panas gitu? Ya. Kan bapak sudah tunjukkan bukti, dengan membuatkan bukti yang disetujui oleh atasan. Persoalannya kan sudah selesai. Seharusnya apa yang bapak lakukan? ya saya bisa jelaskan bahwa bukti transaksi sudah saya berikan dan sudah di setujui oleh pimpinan. Ok good.

Bapak sudah kerjakan Latihan berpikir program Active Learning Management System? Belum lulus pak, baru kode 101. Oh materi magang itu. Terus dilanjutkan ya, nanti bapak menjadi jauh lebih sabar dan lebih utamakan lakukan Tindakan yang ada manfaatnya. Fokus pada mendatangkan manfaat, bahagia hadir dalam kehidupan bapak. Nanti saya juga perlu panggil kasir untuk menjelaskan perkara ini.

Salam  improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :