
Bagikan melalui :
Maraknya program joki dalam penulisan
skripsi dan karya ilmiah masih saja dibincangkan, hingga capai program doctor.
Dengan pertimbangan persoalan biaya yang cukup besar untuk melanjutkan studi.
biaya bisa capai 60 juta hingga 125 jutaan, jika tak mendapatkan gelar maka
sungguh sayang. Oleh karena itu praktek per jokian sulit dihapuskan.
Disinilah peran DPR dan Pemerintah untuk
membantu menyelesaikan tuntas persoalan ini. Hal terpenting adalah siswa mampu
menyelesaikan penugasan dalam perkuliahan dengan kemampuan yang mereka asah
dari diri mereka sendiri. Pihak institusi tidak menarik biaya lagi kepada
mahasiswa yang belum bisa menyelesaikan penugasannya. Cukup dikenai biaya
daftar ulang atau biaya yang ditetapkan dan tidak menjadi beban. Ada yang bisa
menyelesaikan dengan waktu cepat, ada pula yang perlu waktu untuk
menyelesaikannya.
Fenomena mendapatkan bukti seritifikat juga
menjadi menjamur didunia tenaga kerja kita. Tak sedikir yang mengikuti
pelatihan on line hanya untuk mendapatkan bukti sertifikat. Apakah dijamin
mereka mendengarkan materi yang disampaikan oleh pembicara? Tak sedikit yang
mengikuti pelatihan on line, dengan cukup hadir dan melannjutkan pekerjaan
mereka. Ada pula yang hadir penuh dalam mengikuti sessi pelatihan, tetapi tak
mengerti apa yang disampaikan. Keseriusan untuk meningkatkan skill masih
tergolong rendah, tetapi menghendaki pengakuan agar melancarkan tujuan untuk
diterima kerja.
Sungguh sayang upaya yang dilakukan para
trainer, dimana mereka berupaya menyampaikan materinya dengan baik tetapi
respon peserta latih yang kurang. Ya inilah kondisi SDM Indonesia, Langkah apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya? Ada Sebagian Lembaga
pelatihan yang berusaha untuk komitmen memberikan ilmu kepada peserta latih,
mereka menetapkan adanya ujian untuk mendapatkan sertifikat pelatihan.
Ternyata ada pula yang menanyakan, apabila
saya ikutan program Latihan berpikir Active Learning, apakah dijamin lulus?
Pertanyaan yang membuat kami bertanya-tanya, bukankah program ini di disain
dengan tujuan agar peserta dapat memiliki pengetahuan dan dapat
mempraktekkannya, bukan hanya sekedar lulus.
Memang pada awalnya kami mendisain materi
dan menerapkan di perusahaan, ternyata ada ada karyawan yang mengerjakannya
lebih dari 10 kali untuk 1 materi. Berdasar hasil ini maka kami lakukan
penyempurnaan program :
a.
Awalnya peserta latih mendapat
bimbingan ketika ia telah lebih dari 7 kali melakukan Latihan berpikir. Dari
hasil bimbingan, ada beberapa karyawan yang terhambat karena menunggu kunjungan
konsultan. Metode ini hanya membuat bonding yang kuat antara konsultan dengan
karyawan, dengan bonding ini maka karyawan mudah diarahkan. Kelemahan bimbingan
adalah menciptakan ketergantungan pada konsultan, karyawan tidak bisa menjadi
pembelajar mandiri.
b.
Bagaimana membuat karyawan bisa
belajar mandiri dan tak tergantung pada pihak lain dalam menyelesaikan
penugasannya. Kami disain materi yang dapat dibaca oleh karyawan dengan
pencapaian nilai yang disusun bertingkat. Perbaikan ini juga dirasakan kurang
cepat, dan untuk beberapa kasus karyawan membutuhkan bimbingan, terutama yang
mendekati masa kontraknya berakhir. Manajemen mensyaratkan yang tak mampu
menyelesaikan penugasan Active Learning, tidak akan diperpanjang kontrak kerjanya.
c.
Bantuan bimbingan kami disain
bertingkat. Dimana diawal peserta latih dapat membaca materi pemahaman setelah
3 kali mengerjakan Latihan. Kemudian melanjutkan Latihan dengan mendapatkan
bantuan 10% dari soal yang peling sering salah. Dengan melanjutkan Latihan,
peserta latih dapat mengetahui soal mana yang ia jawab keliru dan dapat
memahami kekeliruannya melalui materi yang dapat dibaca sendiri.
d.
Metode bimbingan bertingkat,
cukup efektif karena karyawan yang mengerjakan Latihan lebih dari 10 kali disebabkan
tidak mengikuti stabdart operating procedur yang telah ditetapkan. Hanya
sebesar 5% yang mengalami kesulitan memahami dengan belanjar mandiri. Maka kami
support dengan bimbingan tatap muka.
e.
Perbaikan terus dilanjutkan. Bagaimana
karyawan bisa belajar memahami lebih baik, termasuk karyawan dengan modalitas
belajar sensory learner yang mengalami kesulitan untuk memahami dengan membaca.
Kami disain ulasan materi yang menggambarkan kasus untuk lebih meningkatkan
pemahaman. Ulasan materi dapat diakses dengan persetujuan HRD dan peserta latih
telah memenuhi prinsip Latihan diatas 7 kali.
f.
Perkembangan berikutnya, ada
beberapa peserta latih yang lupa bagaimana lakukan Analisa untuk perbaikan yang
perlu dijalankan. Kami disain trouble shooting, yang membantu peserta latih
untuk dapat memahami kasus yang terjadi di perusahaannya. Bagi kami peserta
latih dapat memberikan kontribusi, adalah kepuasan tersendiri.
g.
Setiap persoalan yang kami
terima, berusaha untuk kami bisa membantu menjawabnya. Dan soa dan jawaban tersebut
menjadi bank materi trouble shooting yang kami buat.
Moga penjelasan ini bisa membantu peserta
yang akan ikut program Latihan berpikir Active Learning. Hal terpenting dengan
menciptakan kebiasaan berpikir, peserta latih sudah mendapatkan keuntungan
dimana mereka menjadi orang yang open mind, menjadi lebih sabat dan memiliki
sikap teliti. Kebiasaan berpikir yang membantuk ia bersedia memikirkan masa
depannya, dengan melakukan upaya menunda kesenangan.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :