
Bagikan melalui :
Karyawan adalah manusia, aspek kebutuhan
dan ketrampilan memanage hidup juga diperlukan. Tidak pandang level jabatan.
Ada pensiunan direksi PTPN, uang pensiunnya ditipu ketika membuat bisnis.
Celakanya ia ternyata belum punya rumah. Gaya hidup yang membuat ia sulit
mengatur keuangannya. Bahkan anak pemilik perusahaan juga memiliki gaya hidup
yang berbeda antara kakak dan adiknya, dimana yang satu memiliki aset dan terus
bertambah asetnya. Sedang yang lain tidak memiliki aset.
Level manager juga ada yang belum memiliki
rumah. Fokus bekerja dengan satu pendapatan tetapi kurang bisa memanage
keuangannya, kembali lagi karena gaya hidup. Ada sales manager yang tak bisa
membayar kredit rumahnya dan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan perkara
rumahnya yang akan disita.
Level perwira juga ada yang sampai dengan
pensiun belum memiliki rumah sendiri. Ketika diminta keluar dari rumah dinas
menjadi persoalan tersendiri. Apalagi dengan karyawan yang hanya bisa kos dan
kontrak dimana pendapatan mereka digunakan untuk membayar tempat tinggalnya.
Mereka semua butuh pelatihan, bukan saja
pelatihan yang terhubung kait dengan pekerjaan. Seorang yang ahli sekalipun tak
akan bisa menunjukkan performance yang baik ketika ia hidup dalam kekurangan.
Karyawan kontrak bisa membeli kendaraan NMax dengan cicilan, bagaimana ia bisa
saving untuk hidup lebih baik. Mereka berani membayar uang demi gengsi.
Sayangnya pengelolaan keuangan, financial
mindset atau kecerdasan finansial tak diajarkan di sekolah. Sekolah fokus pada
penambahan pengetahuan bukan mencetak sikap mental positif dan membentuk growth
mindset. Barang siapa kurang berhasil dalam pengelolaan keuangan keluarga,
tentu akan berpengaruh terhadap pekerjaannya.
Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan
lebih banyak diberikan dalam training atau seminar. Berapa banyak dana yang
dibutuhkan untuk memberikan pelatihan ini pada semua karyawan. Bagaimana HRD
mensiasati kebutuhan karyawan ini dengan membuat program yang dengan biaya
terjangkau tetapi mampu menyampaikan pengetahuan ini kepada karyawan.
Berapa banyak perusahaan yang memiliki
bagian konseling dan menyelenggarakan konseling dengan jadual yang jelas.
Nampaknya hanya perusahaan besar yang selenggarakan konseling di perusahaan.
Skope konseling tidak hanya fokus pada pekerjaan. Tetapi lebih pada masalah
pribadi yang mengganggu pekerjaan.
Coaching yang kini banyak diangkat sebagai
topik untuk bisa membimbing karyawan agar mampu mencapai apa yang diimpikannya.
Namun accountability coaching belum dijalankan hingga mencapai sasaran. Ada
yang sudah menerapkan, tetapi berapa banyak yang menerapkan. Coaching
mengajarkan tentang proses Think - Feel - Do, sehingga semua Tindakan yang akan
diambil telah dipikirkan. Fokus adalah pada pikiran, yaitu membentuk kebiasaan
berpikir. Program active learning adalah salah satu yang bisa diambil sebagai
alternative dengan biaya paling efisien. Ketika karyawan telah memiliki
kebiasaan berpikir maka mereka akan mampu menyelesaikan permasalahan pribadi yang
terkait dengan pekerjaan.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :