
Bagikan melalui :
Dalam time management kita perlu fokus pada
kuadran 2, yaitu Important but Not Urgent. Mudah dipahami jika kita berada
disituasi urgent and important, maka kita harus mengambil Tindakan segera.
Tentu saja efektifitasnya juga kurang karena kita mengambil Tindakan berdasar
pada kebiasaan. Tak ada yang terburu-buru bisa hasilkan tindakan optimal. Tentu
saja ada beberapa hal yang kurang kita pertimbangkan.
Bukankah lebih baik dengan membuat
persiapan, persiapan tentu hasilkan Tindakan efektif sesuai yang direncanakan.
Persiapan juga membuka peluang kita lakukan evaluasi untuk perbaikan. Ketika
mengetahui hasilnya tidak sesuai maka pikiran bekerja untuk memperbaikinya.
Perbanyak hal penting yang bisa kita kerjakan dengan tenang, tidak diburu-buru
waktu.
Bagaimana kita bisa membentuk sikap yang
baik, jika sikap tak baik langsung mendapatkan tanggapan. Semua paham bahwa
attitude is everything. Pengetahuan setinggi apapun, pengalaman yang banyak tak
menentukan kehidupan seseorang menjadi lebih baik, jika bersikap negatif.
Mindset yang menentukan sikap, mengubah sikap berarti mengubah sumbernya yaitu
mindset. Mindset dapat berubah ketika individu bisa dengan logis menerima
masukan yang disampaikan, ditanamkan melalui aktifitas berpikir dan dilakukan
berulang-ulang.
Pada saat mengumpulkan karyawan dan
diberikan pengarahan, ada seorang karyawan berteriak HUUUUU, maka semua yang
ikut juga berteriak yang sama. Seorang leader, memberikan tangannya dan
menjelaskan bahwa itu sikap urakan yang harus dihindari. Kembangkan sikap untuk
saling menghargai yang berpendapat. Kebanyakan reaksi karyawan adalah
meneriakkan HUUU kembali.
Dibutuhkan upaya dan energi yang besar
untuk membentuk sikap disiplin dan tidak urakan dengan cara memberikan feedback
secara langsung. Ketika seseorang berada pada pikiran negatif sehingga sikapnya
negatif maka begitu mendapat aliran pendapat atau masukan positif akan sulit
diterima. Mengutip ilmu listrik, jika arus negatif di temukan dengan arus positive
maka yang terjadi korsleting. Demikian pula karyawan yang bersikap celometan
ketika mendapatkan pengarahan, juga sulit ditenangkan atau dibuat tertib.
Kecuali seorang manager, menyampaikan
teriakan yang mengalahkan kerasnya suara yang banyak ...DIAAAM.... Lalu dia
menunggu reaksi. Kemudian menunjuk pada satu orang yang suaranya paling keras
diawal. Ya kamu bisa diam. Yakin semua karyawan langsung terdiam. Tetapi berapa
banyak leader yang memiliki kemampuan dan percaya diri demikian. sungguh sulit
bagi leader kebanyakan. Sikap tak terkendali ini sebagai tanda bahwa mereka
tidak memiliki kepatuhan dan manajemen belum menerapkan dan membentuk sistem
kepatuhan dengan meningkatkan kepercayaan serta skill leadership pemangku
jabatan.
Kembali pada asumsi ilmu listrik, jika
kabel negatif bertemu kabel positif dengan arde atau disimbulkan nol, maka yang
terjadi adalah TERANG. Oleh karena itu pembentukan sikap kerja yang baik justru
efektif dilakukan pada saat kondisi nol. Kondisi dimana karyawan tidak sedang
berpikir negatif. Mereka yang berkondisi nol, ibarat gelas yang dikosongkan,
sehingga mudah menerima masukan.
Program Latihan berpikir Active Learning
memasukkan soal-soal sikap dan mengapa sikap itu ada serta bagaimana
mengubahnya melalui repetisi. Orang pasti bisa menerima bahwa ia harus
berprasangka baik, bisa mencerna dengan logika apa yang disampaikan, dan jika
berulang maka akan menjadi mindset baru. Perusahaan yang telah menjalankan
materi active learning tentang materi memperjuangkan atau menuntut, tidak
terjadi lagi demo, bahkan terjadi pada perusahaan yang memiliki pengalaman 8
kali demo dalam setahun. Ada juga ketua serikat pekerjanya, yang berusaha
menghubungi kami untuk diselamatkan dari rekan-rekannya pada jam 10 malam. Ya
kami bantu dengan jemput dia di rumah kos nya. Sesuatu yang dimulaikan dengan
baik juga akan diterima dengan baik.
Salam improvement.
Bila bermanfaat, bagikan melalui :