
Bagikan melalui :
Kondisi toxic di perusahaan berawal dari
adanya tekanan. Sedangkan karyawan memiliki adversity quotion yang rendah, ini
dapat di ketahui dari hasil psikotes. Mereka bukan orang yang bersedia mendaki
tetapi berkemah ketika capai yang mereka kehendaki. Mereka berhenti dan
mendirikan tenda, Pengukuran kecenderungan sikap pesimis akan memudahkan
karyawan menderita toxic ditempat kerja.
Kata tekanan menjadi faktor penyebab
karyawan mengalami kondisi toxic di perusahaan. Tekanan berarti ada yang
menekan dan itu berada di posisi atas. Langkah sederhana menyelesaikan kondisi toxic
adalah mengurangi tekanan yang dirasakan oleh karyawan. Karyawan merasa
tertekan ketika ia diperlakukan berbeda, ia mengalami tekanan dibandingkan
karyawan lain yang memiliki kasus yang sama.
Kita perlu mencari sumber permasalahan.
Tanpa mengetahui sumbernya, tentu kita sulit untuk menyelesaikan masalah. Dimana
sumber berada? Tak ada sumber yang berasal dari bawah. Semua sumber berada
diatas. Sumber air bukan ada dibawah tetapi berasal dari tandon air yang berada
diatas ( gunung ). Bahkan terjadinya bencana banjir juga berasal dari atas.
Oleh karena itu permasalahan dalam meningkatkan produktifitas, 87% bersumber
dari atas. Leader perlu pahami ini.
Kondisi toxic juga bersumber dari atas,
yaitu dari leader dan manajemen. Ketika leader memiliki gaya memimpin yang
keras dapat menimbulkan kondisi tidak nyaman pada pekerja sehingga menjadi
bahan pembicaraan diantara karyawan. Kondisi toxic juga bisa disebabkan oleh manajemen,
yaitu budaya kerja yang diterapkan. Dalam menyelesaikan masalah ini maka
kebijakan manajemen perlu dilakukan evaluasi ulang.
Mari kita evaluasi sebab terjadinya
perselisihan pendapat. Berbeda pendapat boleh tetapi jangan berselisih. Ketika
berselisih berarti kedua belah pihak atau salah satu pihak tak bisa melihat
dari kedua sisi. Oleh karena itu timbulnya perselisihan dapat diselesaikan dari
atasan dan dari bawahan. Tidak cukup perbaikannya dilakukan diatasan saja.
Dari sisi atasan berarti perlu memperbaiki
cara berkomunikasi. Tak cukup menyampaikan sesuatu yang benar tetapi juga perlu
disampaikan dengan cara yang benar. Ketrampilan menegur dengan kasih, menegur
tanpa perdebatan, menegur yang menyadarkan kesalahan Langkah tepat yang perlu
diambil oleh HRD. Tentunya penyampaian informasi ini menjadi terbantu dengan
membuat kerangka berpikir yang sama diantara leader, sehingga tyerjadi
keseragaman Tindakan dalam memperlakukan karyawannya. Program Latihan berpikir
active learning dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan kondisi toxic di
perusahaan.
Dari pihak karyawan maka juga perlu
dibentuk mindset yang bisa menerima teguran yang disampaikan oleh leader.
Karyawan perlu memahami bahwa menegur adalah bukti kasih leader agar karyawan
tidak melakukan penyimpangan. Karyawan dibentuk sikap disiplin dan tanggung
jawab yang menjadi penentu karir mereka. Dengan dipahamkan tentang macam
penyimpangan, karyawan menjadi bisa menerima teguran yang disampaikan. Sumber
berada diatas, maka pikiran karyawan yang perlu diisi materi untuk mengubah
mindset mereka (baca artikel tentang mindset).
Jika salah satu alami perubahan, maka
kondisi toxic akan dapat diselesaikan. Apalagi kedua belah pihak mengalami
perubahan sikap dalam berkomunikasi. Kondisi toxic menjadi prioritas untuk
diselesaikan karena karyawan yang alami kondisi ini, tentu sulit untuk
meningkatkan produktifitasnya. Mereka bekerja perlu diawasi. Mereka lakukan
penyimpangan secara sembunyi-sembunyi. Bagaimana bisa produktifitas meningkat?
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :