Kondisi Toxic



Bagikan melalui :

Kondisi Toxic

Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 15-Jan-2024





Kondisi toxic di perusahaan berawal dari adanya tekanan. Sedangkan karyawan memiliki adversity quotion yang rendah, ini dapat di ketahui dari hasil psikotes. Mereka bukan orang yang bersedia mendaki tetapi berkemah ketika capai yang mereka kehendaki. Mereka berhenti dan mendirikan tenda, Pengukuran kecenderungan sikap pesimis akan memudahkan karyawan menderita toxic ditempat kerja.

Kata tekanan menjadi faktor penyebab karyawan mengalami kondisi toxic di perusahaan. Tekanan berarti ada yang menekan dan itu berada di posisi atas. Langkah sederhana menyelesaikan kondisi toxic adalah mengurangi tekanan yang dirasakan oleh karyawan. Karyawan merasa tertekan ketika ia diperlakukan berbeda, ia mengalami tekanan dibandingkan karyawan lain yang memiliki kasus yang sama.

Kita perlu mencari sumber permasalahan. Tanpa mengetahui sumbernya, tentu kita sulit untuk menyelesaikan masalah. Dimana sumber berada? Tak ada sumber yang berasal dari bawah. Semua sumber berada diatas. Sumber air bukan ada dibawah tetapi berasal dari tandon air yang berada diatas ( gunung ). Bahkan terjadinya bencana banjir juga berasal dari atas. Oleh karena itu permasalahan dalam meningkatkan produktifitas, 87% bersumber dari atas. Leader perlu pahami ini.

Kondisi toxic juga bersumber dari atas, yaitu dari leader dan manajemen. Ketika leader memiliki gaya memimpin yang keras dapat menimbulkan kondisi tidak nyaman pada pekerja sehingga menjadi bahan pembicaraan diantara karyawan. Kondisi toxic juga bisa disebabkan oleh manajemen, yaitu budaya kerja yang diterapkan. Dalam menyelesaikan masalah ini maka kebijakan manajemen perlu dilakukan evaluasi ulang.

Mari kita evaluasi sebab terjadinya perselisihan pendapat. Berbeda pendapat boleh tetapi jangan berselisih. Ketika berselisih berarti kedua belah pihak atau salah satu pihak tak bisa melihat dari kedua sisi. Oleh karena itu timbulnya perselisihan dapat diselesaikan dari atasan dan dari bawahan. Tidak cukup perbaikannya dilakukan diatasan saja.

Dari sisi atasan berarti perlu memperbaiki cara berkomunikasi. Tak cukup menyampaikan sesuatu yang benar tetapi juga perlu disampaikan dengan cara yang benar. Ketrampilan menegur dengan kasih, menegur tanpa perdebatan, menegur yang menyadarkan kesalahan Langkah tepat yang perlu diambil oleh HRD. Tentunya penyampaian informasi ini menjadi terbantu dengan membuat kerangka berpikir yang sama diantara leader, sehingga tyerjadi keseragaman Tindakan dalam memperlakukan karyawannya. Program Latihan berpikir active learning dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan kondisi toxic di perusahaan.

Dari pihak karyawan maka juga perlu dibentuk mindset yang bisa menerima teguran yang disampaikan oleh leader. Karyawan perlu memahami bahwa menegur adalah bukti kasih leader agar karyawan tidak melakukan penyimpangan. Karyawan dibentuk sikap disiplin dan tanggung jawab yang menjadi penentu karir mereka. Dengan dipahamkan tentang macam penyimpangan, karyawan menjadi bisa menerima teguran yang disampaikan. Sumber berada diatas, maka pikiran karyawan yang perlu diisi materi untuk mengubah mindset mereka (baca artikel tentang mindset).

Jika salah satu alami perubahan, maka kondisi toxic akan dapat diselesaikan. Apalagi kedua belah pihak mengalami perubahan sikap dalam berkomunikasi. Kondisi toxic menjadi prioritas untuk diselesaikan karena karyawan yang alami kondisi ini, tentu sulit untuk meningkatkan produktifitasnya. Mereka bekerja perlu diawasi. Mereka lakukan penyimpangan secara sembunyi-sembunyi. Bagaimana bisa produktifitas meningkat?

Salam improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :